Pemerintahan

Petani Keluhkan Ekspor Menurun, Begini Penjelasan Kadispertan Bondowoso

Editor PB
×

Petani Keluhkan Ekspor Menurun, Begini Penjelasan Kadispertan Bondowoso

Sebarkan artikel ini
Dispertan Bondowoso
Kadispertan Bondowoso Hendri Widotono saat dikonfirmasi. Sabtu, 26/10/2024. (Foto: Dok. Yuniar/PortalBangsa)

Bondowoso, PORTALBANGSA.CO.ID – Petani kopi di Bondowoso mengeluhkan ekspor kopi yang kian tenggelam. Bahkan, kalah dengan kabupaten lainnya.

Kondisi ini pun kian mengecewakan karena MoU Pemkab Bondowoso degan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslitkoka) Jember untuk mengembangkan kopi di Bondowoso telah berakhir. Dan belum diperpanjang kembali.

Hal itu disampaikan oleh, salah seorang petani kopi dari Desa Sumber Salak, Kecamatan Curahdami dalam acara talkshow Festival Tembakau dan Kopi Nusantara (FKN) 2024, di Bondowoso pada (26/10/2024).

Melihat kondisi ini, petani kopi asal Sumber Salak, Kecamatan Curahdami ini, mengharapkan agar pemerintah daerah bisa bersama-sama dalam mengembangkan kopi Bondowoso.

BACA JUGA :
Babinsa Desa Sumber Wringin Bersama Warga Kembangkan Ekonomi Kreatif Lewat TVC

Di sisi lain, dirinya meminta dukungan pemerintah untuk melahirkan produk kopi arabika dan robusta Bondowoso sasetan. Karena, jika hitung-hitungan sendiri pihaknya rugi jika disamakan dengan kopi sachet umumnya.

“Supaya Bondowoso ini punya kopi saset yang asli Bondowoso,” terangnya.

Kepala Dinas Pertanian, dan Ketahanan Pangan (DPKP) Bondowoso, Hendri Widotono, mengklaim, ekspor kopi sebenarnya tetap dilakukan oleh petani. Walaupun melalui pihak ke dua, karena petani Bondowoso meghindari pajak.

BACA JUGA :
Wujud Nyata Kebersamaan TNI, Yonif 514/SY Adakan Bakti Sosial Peringati HUT Brigif 9/DY ke 60

Namun begitu memang masih ada tantangan di bagian inkonsistensi terhadap kualitas kopi dan produktivitas kopi yang terkadang tak mampu memenuhi permintaan pasar ekspor.

“Bukan tidak ekspor. Ekspor. Tetapi undercover, beliau di bawah tangan. Petani kita sudah pintar-pintar,” ujarnya.

Karena itulah, kata Hendri, wajib dilakukan untuk ekspor yakni peningkatan kualitas kopi petani.

Kendati memang fiskal pertanian Bondowoso sangat sempit, dengan 75 persen anggarannya ditopang dari cukai. Ketika anggaran ini dari cukai maka fokus untuk tembakau dan sedikit untuk pangan.

Selain itu, politik anggaran ini diputuskan atas pemerintah kabupaten dan legislator.

BACA JUGA :
Operasi Bersama Satpol PP Bondowoso Tertibkan Spanduk, Banner, Baliho dan Umbul-umbul

“Sebagai OPD user, itu hanya menerima saja dari kebijakan itu,” jelasnya

Belum lagi, eksekutif juga telah mendirikan BUMD Bogem. Namun pada akhirnya terjadi “kecelakaan”.

Namun begitu, ia sendiri telah melakukan terobosan kerjasama dengan pihak lain. Tak bergantung pada APBD. Salah satunya yakni kegiatan saat ini yang bekerjasama dengan Bank Indonesia.

Karena itulah, pihaknya tetap optimis dengan berbagai upaya kerjasama dengan pihak ke tiga.

“Itu bukti keberpihakan kita terhadap kopi BRK,” pungkasnya.