Bondowoso, PORTALBANGSA.CO.ID – Pasar burung di Kabupaten Bondowoso yang awalnya berada di Pasar Hewan Kademangan, atau yang akrab disebut Pasar Selasaan, kini berpindah tempat di lokasi wisata kuliner jembatan Ki Ronggo, Kelurahan Sekarputih, Kecamatan Tegalampel.
Wisata kuliner yang dibangun pada 2017 itu, sempat mati suri. Pasalnya, sejak selesai dibangun, tidak pernah ditempati oleh para pedagang. Namun, saat ini, setiap hari Minggu dan Selasa mulai ramai, karena 23 pedagang burung dari berbagai daerah mulai berjualan di sana.
Keberadaan pasar burung yang berada di sisi utara jembatan Ki Ronggo ini, disambut baik oleh pedagang dan masyarakat. Hal itu disampaikan oleh salah seorang warga Keluarahan Tamansari, Andre Totok yang kerap kali membeli burung di tempat itu.
“Lokasinya strategis karena dekat dengan kota. Selain itu, lokasinya juga bersih dan tidak bau seperti di Pasar Selasaan, yang ngumpul dengan pasar ternak, sapi dan kambing,” katanya, saat ditemui di lokasi, pada Selasa (12/11/2024).
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Bondowoso, Dadan Kurniawan menerangkan, pihaknya terus berupaya menghidupkan perekonomian yang pernah diproyeksikan berputar di wisata kuliner jembatan Ki Ronggo.
“Saat ini sudah ada pasar burung dan pasar bunga. Nantinya juga ada pasar ikan hias di sini. Semua ini kami lakukan agar wisata kuliner di sini bisa hidup kembali. Artinya, kalau banyak orang yang kesini, pelan-pelan pedagang kuliner juga akan tumbuh,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala UPT Pasar, di Diskoperindag Bondowoso, Didik Muriyanto. Dirinya menjelaskan jika wisata kuliner yang awalnya hanya menyediakan aneka kuliner, kini mulai ramai dengan hadirnya pedagang burung dan bunga.
“Awalnya kita bertemu dengan paguyuban pedagang burung dan sepakat untuk berjualan di wisata kuliner sejak Oktober 2024 lalu. Alhamdulillah, ramai dan ini akan kami dukung terus, untuk menyediakan fasilitas umum yang dibutuhkan oleh para pedagang burung,” ujarnya saat memantau di lokasi.
Bukan tanpa alasan, kata Didik, sejak dibangun 2017 silam, wisata kuliner ini sepi pedagang. Bahkan, terkesan mati suri, karena hanya tampak lapak dan etalase pedagang yang kosong, tanpa ada aktivitas yang siginifikan.
Selain itu, lanjut dia, pasar burung sengaja dipindah karena di Pasar Selasaan atau Pasar Kademangan, sudah padat dengan aktivitas jual beli ternak seperti sapi dan kambing. Bahkan, dulu para pedagang burung ini berjualan di badan jalan dan trotoar.
“Pasar hewan di Kademangan sudah padat, bahkan sering membuat kemacetan. Jadi kami pindah ke sini dan beraktivitas setiap hari Selasa dan Minggu. Kami inginnya setiap hari, tapi pedagang meminta secara bertahap,” ujar pria berkumis dan berkacamata ini.
Didik mencatat, saat ini ada 23 pedagang burung yang terdaftar dan 21 pedagang kuliner yang mulai aktif kembali. Dirinya berharap, lokasi yang dianggapnya strategis tersebut, mampu mendongkrak perekonomian para pedagang burung dan pelaku kuliner.
“Kalau dulu para pedagang burung hanya berjualan sampai pukul 10 pagi saja. Di sini, mereka bisa sampai sore. Ini juga berimbas kepada pedagang kuliner yang ada di sini, sehingga wisata kuliner jembatan Ki Ronggo mulai hidup dan menjadi sentra perputaran ekonomi masyarakat,” terangnya.
Dirinya menyebut, ada perputaran uang yang signifikan di wisata kuliner sejak dibukanya pasar burung dan bunga pada Oktober lalu. Bahkan, lokasi ini juga menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor retribusi parkir.
“Perputaran uang diperkirakan mencapai Rp 50 juta hingga Rp 100 juta. Bahkan, kami juga menyumbang retribusi parkir sekira Rp 100 ribu setiap hari Selasa dan Minggu. Kami yakin ini akan terus bertambah,” pungkasnya.