Probolinggo, http://Portalbangsa. Co. Id –
Semarak peringatan Hari Jadi Kota Probolinggo ke-666 terasa semakin meriah dengan digelarnya Pawai Budaya.
Ribuan masyarakat memadati jalanan utama kota untuk menyaksikan penampilan berbagai instansi dan komunitas. Salah satu yang menarik perhatian adalah partisipasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Probolinggo yang mengusung harmoni tema besar Warisan Budaya Tak Benda dan Lokal Hero.
Melalui keikutsertaannya, Disdikbud menampilkan alur cerita yang menggambarkan kekayaan budaya serta sejarah lokal Kota Probolinggo. Pawai budaya ini tidak hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga sebuah narasi yang menghubungkan warisan budaya dengan nilai kepahlawanan yang tumbuh di tengah masyarakat.
Kota Probolinggo memiliki jejak sejarah yang panjang sejak masa kolonial Belanda. Pada tahun 1743, wilayah ini masih berupa permukiman kecil bernama Banger. Namun, di bawah pemerintahan Belanda, Probolinggo berkembang pesat menjadi pusat administrasi dan perdagangan, terutama setelah ditetapkan sebagai Ibu Kota Karesidenan Probolinggo.
Salah satu fragmen yang ditampilkan Disdikbud adalah kisah Marlena, seorang pejuang wanita dari Kademangan. Marlena dikenal sebagai sosok berani yang memimpin rakyat dalam mempertahankan lahan pertanian dari upaya Belanda untuk menguasainya.
Dengan semangat membara, Marlena bersama pasukannya meneriakkan seruan perlawanan “Serang… serang… ayo kita lawan!” Adegan teatrikal ini memukau penonton sekaligus memberikan inspirasi tentang keberanian perempuan Probolinggo dalam melawan penjajah.
Para peserta tampil dengan kostum tradisional berpadu busana pejuang, menampilkan nuansa sejarah sekaligus keindahan budaya. Iringan musik tradisional menambah suasana heroik yang menyentuh hati masyarakat yang hadir.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo, Dr. Siti Romlah, S.Si, M.Pd, Saat ditemui di ruangannya menyampaikan, bahwa keikutsertaan Disdikbud dalam pawai budaya ini merupakan bentuk komitmen menjaga dan mengenalkan nilai budaya serta sejarah kepada masyarakat luas, terutama generasi muda.
“Pawai budaya ini bukan hanya hiburan, tetapi sarana edukasi. Kami ingin mengingatkan kembali bahwa Kota Probolinggo memiliki warisan budaya tak benda yang sangat berharga, sekaligus sejarah perjuangan lokal yang patut kita teladani. Semoga melalui peringatan Hari Jadi ke-666 ini, generasi penerus semakin mencintai budaya dan memiliki semangat juang seperti para pahlawan terdahulu,” ujar Dr. Siti Romlah, Selasa 30/9/2025.
Antusiasme masyarakat terlihat jelas saat rombongan Disdikbud melintas. Sorak sorai penonton dan jepretan kamera ponsel mengiringi setiap adegan yang ditampilkan. Tidak sedikit warga yang merasa bangga dengan hadirnya kisah-kisah lokal yang diangkat kembali dalam pawai ini.
Pawai budaya dengan tema warisan budaya tak benda dan lokal hero menjadi simbol kuat bahwa Kota Probolinggo tidak hanya kaya akan sejarah, tetapi juga memiliki figur-figur pahlawan yang membentuk jati diri daerah.
Melalui momentum Hari Jadi ke-666, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Probolinggo ingin meneguhkan semangat harmonisasi budaya, sejarah, dan pendidikan, agar nilai luhur itu tetap hidup dan diwariskan dari generasi ke generasi.(Mamad)