Pendidikan

Bupati dan Tokoh Pendidikan Sepakat, Sekolah Bondowoso Harus Bervisi Global

Editor PB
×

Bupati dan Tokoh Pendidikan Sepakat, Sekolah Bondowoso Harus Bervisi Global

Sebarkan artikel ini
Maple Tree
Pemotongan pita oleh Bupati Bondowoso Abdul Hamid Wahid sebagai bentuk peresmian Maple Tree School di Jl. kh Agus Salim no 89 A Blindungan. Sabtu, 27/9/2025.(Foto: Dok. Yuniar/Portalbangsa)

Bondowoso, http://Portalbangsa. Co. Id – Program inovatif pendidikan bertajuk MAPEL Tree School yang berada di Jl. Kh Agus Salim No 89 A Blindungan Bondowoso resmi diluncurkan sebagai bentuk dorongan terhadap dunia pendidikan yang lebih inklusif, global, dan multikultural.

Bupati Bondowoso, Abdul Hamid Wahid, menyampaikan dukungannya terhadap perkembangan positif dunia pendidikan di wilayahnya, khususnya terkait munculnya sekolah-sekolah yang mulai mengadopsi pendekatan internasional.

Menurutnya, hal ini menjadi langkah awal yang baik menuju terbentuknya sekolah-sekolah berstandar global di Indonesia.

“Ini adalah perkembangan yang patut kita apresiasi. Dari segi pembelajaran dan penggunaan bahasa, beberapa sekolah di Bondowoso sudah mulai melibatkan bahasa asing seperti Inggris dan Mandarin. Saya bahkan sempat menyarankan agar bahasa Arab juga bisa dimasukkan ke dalam kurikulum,” ujar Abdul Hamid Wahid.

Ia menambahkan bahwa pendidikan yang berorientasi global sangat penting untuk masa depan generasi muda. Di tengah semakin terbukanya pergaulan antarbangsa, anak-anak Indonesia harus dipersiapkan untuk mampu bersaing dan berinteraksi dengan masyarakat dunia.

“Anak-anak kita ke depan akan hidup di era global, dan mereka harus siap menghadapi tantangan zaman. Apa yang kita lakukan hari ini adalah bagian dari persiapan untuk masa depan mereka,” ujarnya saat dikonfirmasi awak media. Sabtu, (27/9/2025)

Naeko Suryo Basuki selaku ketua yayasan Mapel Tree tersebut juga menekankan pentingnya pendidikan multikultural sebagai pondasi bagi generasi muda Bondowoso dalam menghadapi era global.

Menurutnya, banyak sekolah di Bondowoso saat ini masih didominasi oleh lembaga berbasis keagamaan seperti Islam dan Katolik. Namun, ia melihat ini sebagai peluang besar untuk memperkenalkan wawasan global dan nilai-nilai keberagaman sejak dini.

“Bagaimana anak-anak kita bisa terbiasa melihat dan berinteraksi dengan teman yang berbeda warna kulit, bahasa, dan bahkan cara berdoa? Mereka harus belajar menerima perbedaan sebagai kekayaan, bukan ancaman,” ujar Naeko saat ditemui di sela kegiatan.

Menurut Naeko, pendekatan multikultural dapat dimulai dengan penguatan kurikulum berbasis keberagaman serta pengajaran multibahasa, termasuk Bahasa Inggris, Mandarin, dan Arab. Bahasa, menurutnya, adalah pintu masuk utama menuju pemahaman lintas budaya.

“Bahasa itu mencerminkan dunia. Saat anak belajar bahasa Mandarin atau Arab, mereka juga belajar budaya, cara berpikir, dan perspektif dunia lain. Ini penting agar mereka tidak hanya pintar, tapi juga bijak dalam melihat perbedaan,” tutupnya